Jumat, 11 Maret 2011

Tentang Tesis Kehidupan



Oleh : Halimatusa’diah

Judul : Selasa Bersama Morrie
Penulis : Mitch Albom
Penerjemah : Alex Tri Kantjono Widodo
Tebal : 209 halaman
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 2001

“…kalau kau berusaha memamerkan prestasimu kepada kalangan atas agar kau diterima oleh mereka, upayamu akan gagal. Meskipun sesekali mereka akan menengok ke bawah. Dan jika kau berusaha memamerkan keberhasilanmu kepada mereka yang kurang beruntung agar kau diakui oleh mereka, kau juga akan gagal. Mereka hanya akan iri kepadamu. Di atas tidak diterima, di bawah pun kau tidak diakui. Hanya dengan tangan terbuka kau akan diterima dan diakui oleh semua orang.”

Saya sangat suka kutipan di atas, kutipan itu adalah pesan Prof. Morrie sang tokoh utama kepada mahasiswa terbaiknya yang tidak lain merupakan penulis novel ini, Mitch Albom. Pesan ini disampaikan pada Selasa kedelapan pertemuan berharga Morrie dan Mitch.

Ya, Selasa kedelapan. Ada empat belas Selasa berharga dalam novel ini. Morrie dan Mitch adalah manusia Selasa. Mereka berdua dipertemukan pertama kali di hari selasa, mereka bicara tentang makna hidup setiap selasa, dan mereka harus berpisah dihari selasa pula. Sekali lagi, mereka manusia selasa.

Selasa adalah berharga bagi mereka, waktu untuk berbagi dan membicarakan tentang segala macam makna hidup. Dari mulai Uang, Keluarga, Cinta, sampai Perpisahan.
Membaca novel ini, sungguh, membuat hati saya terenyuh, betapa bersikap bijak adalah sesuatu yang membahagiakan. Betapa hidup itu memang penuh dinamika, dan hidup itu terasa indah jika kita menikmati dinamika itu.
Mitch menyadari itu juga, Ia sangat termotivasi untuk mencintai hidup dari pengalaman gurunya Morrie yang berjuang menikmati penyakit ALS. Morrie mempersiapkan akhir hidupnya untuk sebisa mungkin membantu dan memberikan cinta kepada orang-orang disekitarnya.

Ya, berbuat baik, tesis akhir sang professor. Semua yang hidup, pasti akan mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar